.
Patmamedia.com (KLATEN) Pandemi covid 19 hampir dua tahun melanda berdampak bagi para perajin gerabah Klaten. Turunnya permintaan pasar menyebabkan pendapatan para pengerajin anjlok sampai 50%.
Pengakuan itu diungkapkan Novi (30), seorang pengerajin gerabah yang tinggal di RT 02 RW 03 Pager Jurang, Bayat, Klaten. Usaha yang dirintis turun – temurun dari orang tuannya sejak 2006 tetap bisa bertahan setelah mencoba sistem pemasaran secara on line.
“Kini kami mencoba menjajaki pemasaran online sejak 2019. Dulu usaha gerabah ini warisan orang tua. Tapi sejak 2021 ini kami membuka usahanya sendiri. Produk kami seperti pot, panci, wajan dan piring. Karena pandemi pendapatan turun sampai 50%. Pangsa pasar kami ke Jawa Timur dan Jawa Barat seperti Cirebon, Jakarta bahkan sampai Riau. Umumnya produk yang diminati adalah perabotan rumah tangga,” jelasnya saat dikunjungi patmamedia.com.
Terkait kualitas bahan Novi menjelaskan lebih memanfaatkan tanah asli Bayat. Hal itu berhubungan dengan kualitas dan sifatnya yang cocok untuk gerabah.
“Kami menggunakan bahan khusus seperti tanah 3 macam yang ada di Bayat. Tanah di sini unik dan kualitas tanahnya lebih kuat. Warnanya juga berbeda dengan tanah-tanah yang lain. Untuk pot peminat nya masih stabil sampai Omset pot naik hampir kurang stock. Sekarang belum berani ekspor, biaya ekspor mahal. Omset pot terus naik permintaanya. Biasanya pesanan dikirim lewat ekspedisi dan memesannya melalui instagram dengan username @wdnoviana_gerabah_bayat. Pemasaran kami saat ini mengandalkan instagram, ” pungkasnya.