.
Rapat High Level Meeting di Ruang Sembada, Setda Kabupaten Sleman, Rabu (5/3/2025). (PM-Jatmo)
Patmamedia.com (SLEMAN) – Kabupaten Sleman mencatatkan deflasi sebesar -3,07 persen pada minggu keempat Februari 2025 berdasarkan Indeks Perkembangan Harga (IPH). Angka ini menjadi gambaran adanya penurunan harga dari pekan sebelumnya, terutama disumbang oleh komoditas utama seperti beras, cabai rawit, dan bawang merah.
“Angka -3,07 persen ini artinya memang deflasi. Secara rata-rata andil terbesarnya berasal dari penurunan harga beras, cabai rawit, dan bawang merah. Tapi perlu hati-hati, ini dihitung antar minggu, jadi perbandingan minggu keempat terhadap minggu ketiga Februari,” jelas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sleman, Rintang Awan Ultribakti Umbas, dalam rapat High Level Meeting di Ruang Sembada, Setda Kabupaten Sleman, Rabu (5/3/2025).
IPH Sleman sendiri dihitung dari 20 komoditas pokok yang dipantau di delapan pasar tradisional di wilayah Bumi Sembada. Meski begitu, Sleman bukan bagian dari kabupaten sampel penghitungan inflasi di DIY, sehingga IPH digunakan sebagai indikator alternatif.
Tak hanya Sleman, tren deflasi juga terjadi di level provinsi dan nasional. Inflasi bulanan DIY (month to month) tercatat -0,80 persen, sementara inflasi tahunan nasional berada di angka -0,09 persen. “Semua angka ini menunjukkan bahwa ada deflasi hingga Februari,” tambah Rintang.
Meski penurunan harga sering dianggap positif karena meningkatkan daya beli masyarakat, Rintang mengingatkan bahwa deflasi berkelanjutan justru bisa menjadi sinyal pelemahan ekonomi. Harapan masyarakat terhadap penurunan harga lanjutan bisa membuat mereka menunda belanja, menyebabkan penurunan permintaan, penurunan produksi, hingga potensi meningkatnya angka pengangguran.
“Kami perlu mengingatkan bahwa deflasi ini belum bisa dijadikan acuan apakah saat Lebaran nanti harga-harga akan turun. Justru saat momentum Lebaran, permintaan barang pokok meningkat, terutama dengan banyaknya pemudik dan wisatawan yang datang ke Sleman,” ujarnya.
Menghadapi potensi lonjakan kebutuhan pokok saat Lebaran, pemerintah daerah diminta bersiap memastikan ketersediaan bahan pangan tetap aman. Pasalnya, arus mudik dan peningkatan wisatawan setiap tahunnya selalu berdampak pada kebutuhan konsumsi masyarakat di DIY, termasuk Sleman.
“Maka yang perlu dipersiapkan pemerintah adalah memastikan stok kebutuhan masyarakat, baik untuk warga lokal, perantau yang mudik, maupun wisatawan yang berkunjung,” imbuh Rintang.
Sementara itu, Asisten Direktur Bank Indonesia DIY, Arya Jodilistyo, menambahkan bahwa deflasi dua bulan terakhir lebih banyak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, terutama adanya diskon tarif listrik sebesar 50 persen yang diperkirakan berdampak hingga Maret.
“Kalau ditanya deflasi ini baik atau tidak, perlu lihat akar masalahnya. Dalam hal ini, penyebab utamanya bukan karena persoalan ekonomi yang mendasar. Daya beli masyarakat DIY, termasuk Sleman, masih relatif terjaga dan cukup aman,” terang Arya.
Dengan kondisi tersebut, masyarakat diimbau tetap bijak dalam berbelanja dan pemerintah daerah didorong terus memantau dinamika harga menjelang bulan Ramadan dan Idulfitri agar kestabilan ekonomi tetap terjaga.