.
PPL mengambil sampel gabah. (PM-ist)
Patmamedia.com (SLEMAN) – Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) memiliki peran strategis dalam menentukan keberhasilan swasembada pangan nasional. Hal ini disampaikan oleh Plt. Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Ir. Suparmono, MM, saat membuka kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Enumerator Harga Gabah dan Beras Perum Bulog Kanwil Yogyakarta, Jumat (24/01/2025), di Aula Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman.
Dalam sambutannya, Suparmono menegaskan pentingnya peran PPL sebagai pengumpul data untuk mendukung kebijakan pemerintah. “Data yang akurat menjadi penentu keberhasilan kebijakan, terutama dalam mendukung swasembada pangan dan kesejahteraan petani,” ujar Suparmono.
Ia menambahkan bahwa pemerintah telah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah sebesar Rp6.500/kg, yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Setiap hari, Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman mengikuti rapat virtual dengan Kementerian Pertanian untuk memantau data Luas Tambah Tanam (LTT) dan Luas Panen (LP) padi dan jagung. Selain itu, PPL juga wajib melaporkan data harga gabah di tingkat petani untuk memastikan kesesuaian dengan HPP.
Menurut Suparmono, PPL harus cermat memilih sumber data yang valid dan memahami kriteria standar yang ditentukan. Hal ini penting agar data yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai acuan kebijakan nasional.
Manajer Pengadaan Perum Bulog Kanwil Yogyakarta, Fansuri Perbatasi, menambahkan bahwa Bulog terus melakukan sosialisasi terkait HPP baru yang berlaku sejak 15 Januari 2025.
“Melalui sosialisasi ini, diharapkan pemangku kepentingan memiliki pemahaman yang sama tentang harga dan kualitas gabah yang ditentukan,” ujarnya. Fansuri juga menyatakan kesiapan Bulog untuk menyerap gabah petani sesuai HPP dalam masa panen mendatang.
Dalam kegiatan Bimtek ini, dilakukan uji sampel mutu gabah dengan hasil sebagai berikut:
- Sampel 1: Kadar air 16,5%, kadar hampa 12,23%, HPP Rp6.075
- Sampel 2: Kadar air 27,4%, kadar hampa 4,3%, HPP Rp6.200
- Sampel 3: Kadar air 31,2%, kadar hampa 7,9%, HPP Rp6.200
Dari hasil uji ini, disimpulkan bahwa kualitas gabah perlu ditingkatkan agar memenuhi kriteria HPP dan dapat diserap oleh Bulog.
Suparmono juga menyoroti pentingnya peningkatan pengetahuan dan keterampilan budidaya petani. “Teknik budidaya yang tepat pada fase vegetatif serta pemanfaatan alat mesin pertanian dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi,” jelasnya.
Ia mendorong penerapan prinsip Good Handling Practices (GHP) untuk meningkatkan mutu gabah melalui teknologi panen, pengeringan, dan penyimpanan yang tepat.
“Dengan mutu yang tinggi, petani dapat memperoleh harga yang lebih baik, sehingga kesejahteraan mereka terjamin,” pungkas Suparmono. (atm)*