.
Yogyakarta(PM) - Berkat kesabaran dan keuletannya, usaha yang pada awalnya beromset 5 jutaan itu dalam tempo 12 tahun perjalanan berkembang mencapai 100 juta per bulan. Sayangnya, harga bahan baku yang terus melambung sering menjadi salah satu sandungan yang menghambat.
Laki-laki perajin tas anyaman daun pandan itu bernama Dony Permana (34), warga Jaalan Madubronto 369, Patangpuluhan, Yogyakarta. Memulai merintis usaha anyaman pandan sejak tahun 2009 dengan produk seperti tas, tatakan piring, tempat tisu, taplak meja, topi dan kerajinan lainnya dengan harga jya mulai Rp 70.000 hingga jutaan rupiah.
Namun demikian, Dony Permana mengaku usahanya kini sedang menghadapi kesulitan karena beberapa hal. Selain mencari bahan bakunya sulit, demikian Dony, harganya juga melambung. Belum lagi masalah pemasaran pun banyak hambatan.
"Satu unting daun pandan sekarang harganya berkidar Rp 60 - 65 ribu, mengambil langsung dari pengepul. Itu saja sekarang persediaannya sedikiit, karena pencari daun pandan yang kesulitan turun ke pantai karena ombak laut yang besar," ujar lelaki yang suka memakai topi dari pandan ini
"Untuk itu kami butuh bantuan dan dukungan, baik dari pemerintah maupun investor untuk mengembangkan usaha anyaman dari bahan daun pandan. Terutama peralatan untuk menghilangkan duri daun, untuk mempercepat proses produksi," ungkapnya.
Menurut Dony, berbagai rintangan dan hambatan yang menghadang itu justru telah membuatnya makin gigih dan telaten mengembabangkan usahanya. Jenis bahan dan model produknya yang unik, disebutkan telah menjadi daya pikat bagi wisatawan lokal maupun wisatawan manca negara.
"Semua hasil kerajinan yang saya pasarkan hasil karya ibu-ibu lansia dari usia 55 hingga 80 tahun, tiap hari menganyam barang cindera mata dari bahan daun pandan," ujar tamatan SLTA di Jogja kelahiran 26 April 1978 ini.
Dukungan
Untuk mengembangkan usaha yang unik ini, Dony terpaksa mencari dukungan dan pendampingan. Salah satu dukungan datang dari kerabat Keraton Pakualaman, yakni Gusti Puteri GKBRAA Paku Alam. Dengan dukungan tersebut, usaha Dony semakin maju dan banyak.konsumen seta pelanggan dari berbagai kota.
Dengan bendera "Para Akar Indonesia" usaha anyaman daun pandan ini sekarang cukup berkibar dengan pemasaran hingga ke berbagai negara, seperti Perancis, Belanda, Amerika. New Zealand.
Selain bisa membuka lapangan kerja bagi ibu-ibu di lingkungannya, usaha tersebut sekaligus juga turut melestarikan kerajinan anyaman daun pandan yang unik dan mulai langka.
"Para perajin kami sebagian besar ibu-ibu lansia. Mereka mengerjakan di rumahnya masing-masing, kemudian seminggu sekali setor hasil karya dan mengambil dan upahnya," ujar ayah dua anak ini sambil tersenyum. ***g